Dua tahun lewat empat bulan, kalender masehi.
Usiamu kini
Membelalakkan hati
Mengundang gundah, sekaligus geli
“Ayah, Rangga sudah bisa rukun islam. Tanyain deh” isteriku setengah berbisik.
Aku bangkit, berlagak seorang guru.
“Rukun islam ada…!” kataku, kemudian setelah itu suara cedal-nya menyahut. Berseling dengan interupsi dariku.
“Ima” (lima)
“Satu” jari telunjukku beraksi.
“adat” (syahadat)
“dua”
“towat” (sholat)
“tiga”
“atat” (zakat)
“empat”
“uata” (puasa)
“lima”
“aek aji a-yang empu! Anda ebaatt…!” (naik haji bagi yang mampu) teriakan setelah kata ini yang membuat aku terbelalak geli –Rangga hebat..!. sungguh, ungkapan rasa percaya diri akan kemampuan “menghafal” ilmu baru”
si kecil itu langsung bangkit, dan menunjuk gambar tempel di tembok. Jejeran huruf hijaiyah dari alif sampai yak, juga anka satu sampai sepuluh dalam huruf arab.
“ayang, ayah uduk. Ni, apa?” (sekarang, ayah duduk. Ini apa?)
“bak”
“ini”
“tak”
“mmm, o wang ini?” (kalau yang ini?)
“yak”
“inteng….” (pinter…)
Aku tersenyum geli memerankan drama sebabak itu. Sore itu begitu indah, hawa sejuk meresap. Terimakasih isteriku, engkau telah mendidik buah hati kita dengan baik. Tak kan pernah kulupakan moment ini. sepulang kantor hari-hari berikutnya, aku akan rajin menanyakan rukun iman, lafadz syahadat, hafalan fatihah, dan...dan... Ah, ternyata ku begitu banyak berharap. salahkah?
Rangga, telah bisa mendikte ayahnya. Dan, setelah apa yang ia tunjuk semuanya terjawab dengan benar olehku, tak lupa si kecil itu memberikan apresiasi kepada ayahnya dengan kata “pinter….”.
Ingatan akan sebuah moment keindahan, terkadang tertuang dalam tulisan tak seindah apa yang kurasakan. Karena aku bukan punjangga, tentu saja. Biarkan, hanya aku yang meresapi makna dan bahagia dibalik coretan kali ini. Bersama bisunya segenggam harapan yang tak seorangpun tahu.
Selasa, 19 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
tul mas..
ga ada yang lebih indah dibandingkan celoteh buah hati kita..
kadang sebagai orang tua, kerap terperangah dengan progres si kecil..
lam buat si kecil mas..
demi ALLAH , saya menitikkan air mata baca ini..saya benar2 menginginkan buah hati... tapi saya bukan mariam yang bisa punya anak tanpa laki2.. subhanallah.. cerita ini indah sekali.. mudah2an segera ALLAH memberikan ke indahan ini juga untku..
Posting Komentar