Rabu, 04 Februari 2009

cintaku sebatas jingga 4

anjing ceria
sehat gembira

aku tersenyum
menyongsong neraka...
dalam sesal dan pasrah

tapi?

oh... salahkan aku
didepanku seperti surga

cintaku sebatas jingga 3

pundi pundi tak juga berarti
jiwaku sakit tak kunjung terobati
daging dan tulang ikut menggerogoti
kain popok tak muat lagi
kain kafan kian jelas menanti

kupasrah....

hingga kutemui anjing kelaparan
sekarat
nyaris mati

bairlah kupertaruhkan pundi
asal binatang ini hidup abadi
dalam sehat serba jasmani

"ayo, hisaplah satu-satunya saripati
kurelakan segala yang tinggal ini
kau lebih mulia hidup, dan
aku lebih layak mati"

cintaku sebatas jingga 2

saat tubuh tak lagi kenyal
cinta semu tak lagi tertebar
yang tinggal hanya gelar:
"mantan pelacur"

cintaku sebatas jingga

Gincu, bedak, penjepit alis
Girang berlompatan
Menyembul tak tahan diri
Ingin keluar segera dari tas

Masih agak semburat
merah jambu diufuk barat
Sinyal cintaku merambat
Saat malam, ya benar, saat malam
Cintaku bersemi
Siap ku jaja
Untuk siapa saja

Sebatas bibir
Membuncah
Mengalir
Menggerakkan sendi-sendi

Tapi sayang,
Hanya sampai pagi menjelang
Begitu mentari bertugas lagi
Cintaku buyar pergi

Cring cring cring
Kuhitung dentingan pundit-pundi
Tebusan cinta(semu)ku, semalam

Ah, masih kurang!
Nanti malam, cinta kan ku tebar kembali
Ah, kenapa harus ada matahari?
Cintaku tak juga abadi
Bahkan hingga kenyal kulitku tak berarti

Hai malam!
Datanglah,
Cintaku menanti

api abadi

menulis!
suara yang tak pernah redam ditelan angin
tiada lekang disiram hujan
tiada batas ruang dan waktu
gemanya abadi tak pandang zaman

ali bin abi tahlib berkata : ikatlah ilmu dengan menuliskannya

tumbuh badan sebatas usia
tumbuh jiwa sebatas asa