anjing ceria
sehat gembira
aku tersenyum
menyongsong neraka...
dalam sesal dan pasrah
tapi?
oh... salahkan aku
didepanku seperti surga
Rabu, 04 Februari 2009
cintaku sebatas jingga 3
pundi pundi tak juga berarti
jiwaku sakit tak kunjung terobati
daging dan tulang ikut menggerogoti
kain popok tak muat lagi
kain kafan kian jelas menanti
kupasrah....
hingga kutemui anjing kelaparan
sekarat
nyaris mati
bairlah kupertaruhkan pundi
asal binatang ini hidup abadi
dalam sehat serba jasmani
"ayo, hisaplah satu-satunya saripati
kurelakan segala yang tinggal ini
kau lebih mulia hidup, dan
aku lebih layak mati"
jiwaku sakit tak kunjung terobati
daging dan tulang ikut menggerogoti
kain popok tak muat lagi
kain kafan kian jelas menanti
kupasrah....
hingga kutemui anjing kelaparan
sekarat
nyaris mati
bairlah kupertaruhkan pundi
asal binatang ini hidup abadi
dalam sehat serba jasmani
"ayo, hisaplah satu-satunya saripati
kurelakan segala yang tinggal ini
kau lebih mulia hidup, dan
aku lebih layak mati"
cintaku sebatas jingga 2
saat tubuh tak lagi kenyal
cinta semu tak lagi tertebar
yang tinggal hanya gelar:
"mantan pelacur"
cinta semu tak lagi tertebar
yang tinggal hanya gelar:
"mantan pelacur"
cintaku sebatas jingga
Gincu, bedak, penjepit alis
Girang berlompatan
Menyembul tak tahan diri
Ingin keluar segera dari tas
Masih agak semburat
merah jambu diufuk barat
Sinyal cintaku merambat
Saat malam, ya benar, saat malam
Cintaku bersemi
Siap ku jaja
Untuk siapa saja
Sebatas bibir
Membuncah
Mengalir
Menggerakkan sendi-sendi
Tapi sayang,
Hanya sampai pagi menjelang
Begitu mentari bertugas lagi
Cintaku buyar pergi
Cring cring cring
Kuhitung dentingan pundit-pundi
Tebusan cinta(semu)ku, semalam
Ah, masih kurang!
Nanti malam, cinta kan ku tebar kembali
Ah, kenapa harus ada matahari?
Cintaku tak juga abadi
Bahkan hingga kenyal kulitku tak berarti
Hai malam!
Datanglah,
Cintaku menanti
Girang berlompatan
Menyembul tak tahan diri
Ingin keluar segera dari tas
Masih agak semburat
merah jambu diufuk barat
Sinyal cintaku merambat
Saat malam, ya benar, saat malam
Cintaku bersemi
Siap ku jaja
Untuk siapa saja
Sebatas bibir
Membuncah
Mengalir
Menggerakkan sendi-sendi
Tapi sayang,
Hanya sampai pagi menjelang
Begitu mentari bertugas lagi
Cintaku buyar pergi
Cring cring cring
Kuhitung dentingan pundit-pundi
Tebusan cinta(semu)ku, semalam
Ah, masih kurang!
Nanti malam, cinta kan ku tebar kembali
Ah, kenapa harus ada matahari?
Cintaku tak juga abadi
Bahkan hingga kenyal kulitku tak berarti
Hai malam!
Datanglah,
Cintaku menanti
api abadi
menulis!
suara yang tak pernah redam ditelan angin
tiada lekang disiram hujan
tiada batas ruang dan waktu
gemanya abadi tak pandang zaman
ali bin abi tahlib berkata : ikatlah ilmu dengan menuliskannya
tumbuh badan sebatas usia
tumbuh jiwa sebatas asa
suara yang tak pernah redam ditelan angin
tiada lekang disiram hujan
tiada batas ruang dan waktu
gemanya abadi tak pandang zaman
ali bin abi tahlib berkata : ikatlah ilmu dengan menuliskannya
tumbuh badan sebatas usia
tumbuh jiwa sebatas asa
Langganan:
Postingan (Atom)